Rabu, 24 September 2014

Pemuda Indonesia, Awal dan Ujung Tombak Keberhasilan Bangsa

“Masyarakat Indonesia terkenal akan persatuan dan kesatuannya yang teguh. Walaupun terpisahkan oleh pulau dan jarak nan jauh tetapi tetap bersatu dan satu hati”

Sepenggal potongan kutipan yang saya baca dari koran tersebut menyentakkan saya sembari berfikir. Memang benar begitu adanya. Indonesia merupakan negara yang tersusun akan kesatuan pulau-pulau yang terbentang dari Sabang sampai Merauke. Tetapi masyarakatnya yang terpisah tersebut masih dapat disatukan. Bayangkan, jika ada pertandingan sepak bola antara Indonesia vs Bahrain beberapa pekan lalu, berhasil menyatukan sepasang bola mata di seluruh penjuru negeri ini untuk menyaksikannya walaupun dalam jarak jauh seperti di televisi. Walaupun hanya dapat menyaksikan tidak secara langsung (baca: di GBK), tetapi semangat untuk menang tetap ada di setiap insan yang menyaksikannya. Hal itu tak sedetikpun melewatkan jiwa pemuda yang dimiliki insan-insan generasi muda harapan bangsa. 

Jikalau kita flashback ke tempo dulu, generasi muda adalah insan yang paling menjadi perhatian besar oleh para pejuang kemerdekaan kita. Sehingga dengan lantangnya Bapak Proklamator kita, Ir. Soekarno bersorak “Berikan aku sepuluh Pemuda, akan kuguncangkan dunia”. Soekarno pernah mengatakan hal itu, sebuah kata yang secara realita dan logika, sulit untuk dipercaya, tapi tanpa keraguan Soekarno mengatakannya. Mengapa? Karena ia percaya dengan kekuatan dan potensi seorang pemuda, khususnya pemuda Indonesia maka jiwa persatuan dan kesatuan akan semakin kuat dan tetap dipertahankan. Artinya generasi muda telah mendapat tanggung jawab besar dalam memimpin negeri ini agar tetap aman dan nyaman serta tak terusikkan oleh bangsa lain.

Kebebasan berbicara dan menyampaikan pendapat dalam alam demokrasi pun tak bisa dilepaskan dari eksistensi pemudanya. Semua berawal pada tanggal 20 Mei 1908, lebih seabad silam, sebuah organisasi yang nantinya menjadi cikal bakal gaung semangat keindonesiaan. Yang didirikan oleh para intelektual muda (mahasiswa) Indonesia. Budi Utomo berdiri, pemuda Indonesia menemukan organisasi tempatnya bernaung meluapkan kobaran api semangat kemerdekaan yang sudah lama terpendam. 20 tahun kemudian, 28 Oktober 1928, semangat keindonesiaan itu menemukan titik puncaknya, jiwa kepahlawanan itu bertemu dengan momentumnya yaitu Sumpah Pemuda.  

Sumpah Pemuda 

kami putra dan putri Indonesia, mengaku Berbangsa Satu, Bangsa Indonesia
Kami putra dan putri Indonesia, mengaku Bertumpah Darah Satu, Tanah Air Indonesia
Kami putra dan putri Indonesia, menjunjung tinggi Bahasa Persatuan, bahasa Indonesia

Sangat terasa dalam hati bahwa putusan kongres pemuda yang akhirnya menjadi rekonstruksi simbol itu dimaksudkan untuk memotivasi, meningkatkan rasa memiliki, meningkatkan rasa kebangsaan. Hal itulah yang dirasakan oleh sebagin pemuda yang telah berjuang mati-matian demi mendapat sebuah paket, Paket Kemerdekaan. Tindakan-tindakan yang dilakukan oleh pemuda Indonesia tidak terhenti sampai disini. Bahkan, usaha mereka demi merebut kemerdekaan semakin melebar hingga ke seluruh pelosok Nusantara.

Lagi-lagi pemuda. 27 tahun kemudian, jiwa kepahlawanan pemuda Indonesia kembali menemukan momentumnya, berawal dari keresahan dan kegelisahan Sutan Syahrir dkk menyampaikan ketidaksetujuannya akan hak kemerdekaan negeri ini atas nama penjajah, bukan atas nama Bangsa Indonesia. Perbedaan pendapat antara kaum muda dan tua itu pun tak terelakkan, debat pun dimulai, hingga kasus penculikkan Sang Proklamator ke Rengasdengklok sehari sebelum Proklamasi. Uniknya akhirnya membahagiakan (happy ending), sejarah mencatatkan kemerdekaan Indonesia bukan dari pemberian Jepang, namun atas usaha anak bangsa. Kegelisahan memang selalu memunculkan dan membangkitkan jiwa kepahlawanan. 

Tahun 1998, 32 tahun dalam kungkungan Rezim Tirani yang sama sekali tidak menunjukkan ketidakpeduliannya terhadap nasib rakyat, pemuda (mahasiswa) akhirnya bergerak, berkumpul, dan sama-sama meninggalkan arogansi kampus masing-masing, melebur menjadi satu identitas, Mahasiswa Indonesia. Disana mereka menunjukkan peran dan kontribusinya, menduduki gedung DPR/MPR untuk kemudian menurunkan Rezim Tirani dan membawa bangsa ini ke alam demokrasi seperti yang kita rasakan saat ini.

“Oleh karena itu, sejak dulu hingga sekarang pemuda merupakan pilar kebangkitan. Dalam setiap kebangkitan, pemuda adalah rahasia kekuatannya” (Hasan Al-Banna, Pemikir Mesir)

Masa sekarang pun kita telah melihat bukti nyatanya. Jika pemudaadalah tombak kemajuan bangsa. Seandainya mereka melakukan segalanya dengan berpikir logis dan mempertimbangkan apa yang akan terjadi selanjutnya, maka bangsa ini akan Maju. Tetapi akhir-akhir ini, pemuda tak menunjukkan sikap tersebut dengan aksi yang positif. 

Pemuda Indonesia banyak terlibat kasus kerusuhan seperti yang terjadi di Ambon, Maluku pada 11 September lalu. Hal ini kembali kondusifnya kondisi kota besar di Indonesia timur ini. Aksi serupa yang lain kasusnya juga terjadi di SMAN 6 Jakarta setelah salah seorang siswa menyerang wartawan pada 19 September 2011 silam. Bentrokan terjadi akibat aksi wartawan yang sempat merekam tawuran antara siswa SMAN 6 Jakarta dengan siswa SMAN 70 Jakarta pada 16 September lalu. Kedua aksi yang dilakukan oleh pemuda tersebut, kembali mencoreng nama baik pelajar yang seharusnya belajar bukan berkelahi. Hal ini membuktikan kemerosotan rasa kebangsaan dalam jiwa pemuda.

Berbagai fakta yang terjadi di lapangan akhir-akhir ini telah membuktikan bahwa pemuda Indonesia era ini, sungguh telah menghilangkan nilai-nilai luhur Pancasila sebagai ideologi negara yang seharusnya diaplikasikan dalam kehidupan sehari-hari. Memang di samping itu, pemerintah terus berjuang agar hal tersebut tidak terulang di kemudian hari. Dengan mengutamakan pembangunan karakter bangsa pada kurikulum pendidikan Indonesia. Diharapkan generasi muda khususnya para pemuda dapat kembali membangkitkan gairah persatuan dan kesatuan bangsa yang sempat hilang akhir-akhir ini.

“Jiwa muda ini mengatakan kami harus bergerak” 
Ungkapan tersebut benar-benar menggugah rasa kebangsaan yang ada dalam diri saya. Siapa yang tak tergugah mendengar ungkapan tersebut?. Ungkapan tersebut menantang kita yang memiliki jiwa pemuda agar bertindak dan melakukan sesuatu untuk bangsa yang besar ini. Ingatlah bahwa sesuatu yang kecil seringkali menghasilkan sesuatu yang besar. Sehingga dengan membangun bangsa yang besar ini, jika setiap orang mahu dan memiliki kesadaran maka akan berbuah sebuah kebaikan di kemudian hari.

Tindakan kecil yang dimaksudkan adalah seperti membuang sampah pada tempatnya. Bayangkan jika kita membuang sampah pada tempatnya maka tempat dan lingkungan dimana kita berada akan menjadi bersih. Jika setiap pemuda Indonesia membuang satu unit sampah pada tempatnya, maka akan ada +/- 20 juta unit sampah yang sudah dibersihkan setiap harinya. Ini akan membuat keadaan lingkungan kita menjadi bersih. Dan angka 20 juta unit sampah yang dibersihkan setiap harinya itu tidak akan mengganggu aktivitas masyarakat lagi dengan bau yang menyengat tentunya. Keadaan masyarakat yang aman dan nyaman ini akan membantu meningkatkan kesadaran dalam jiwa pemuda untuk berpartisipasi penuh dalam membangun bangsa. Sehingga bumi pertiwi akan bangkit kembali dengan jiwa pemudanya yang membara seperti kobaran api.

Jika kita hanya memandang ke belakang terus, tentu tidak akan maju bangsa ini. Berpikirlah untuk terus mengingat masa lalu, tetapi juga terus berpartisipasi dengan menghadap jauh ke depan dengan harapan membangun bangsa. Berpangku tangan bukanlah jati diri bangsa Indonesia. Bermalas-malasan bukanlah tindakan yang menampakkan wujud kecintaan kita pada negara. Maka dari itu marilah kita bersama-sama membangun bangsa ini dari sesuatu yang kecil tetapi berharga bagi masa depan.Tingkatkan rasa keingintahuan kita akan sesuatu hal yang baru. Sehingga kita terus menggali hal-hal baru yang akhirnya akan berujung kepada pembangunan bangsa.  Membangun bangsa dengan kebaikan besar. Yakin dan percayalah bahwa Tuhan selalu bersama kita. Tuhan akan membantu kita jika tindakan kita tersebut benar. Marilah kita membangun bangsa bersama-sama dengan mengucapkan ‘Bismillahirrahmaanirrahim’. Pemuda Indonesia, Bisa!!!.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar